Sabtu, 09 Januari 2010

Ismeth Abdullah

Jadikan Batam Berbasis Telematika


Penerima Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama (12 Agustus 2003) ini dinilai berjasa besar terhadap negara dan bangsa Indonesia, khususnya meningkatkan pertumbuhan industri kecil dan menengah yang berbasis teknologi. Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam ini menunjukkan visi yang jauh ke depan melalui inisiatif dan dukungan pada program-program untuk mewujudkan Pulau Batam sebagai Intelligent Island dan Bio Island. Pada tahun 2000 ia juga telah menerima tanda kehormatan Satyalancana Pembangunan.

Pria kelahiran Cirebon, 29 September 1946 ini menjelaskan bahwa Intelligent Island berawal dari Inpres No.6 Tahun 2001 tentang pengembangan dan pemberdayagunaan Telematika di Indonesia. Pengertian Intelligent Island itu adalah knowledge/pengetahuan dalam penerapan di Batam akan dikembangkan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk telekomunikasi, media dan informatika (telematika) secara global yang akan membawa dampak pada perubahan pola pikir dan cara pandang masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan yang berorientasi pada aspek kemudahan dan kecepatan dalam pertukaran akses informasi.

Penggunaan dapat di segala sektor, seperti di pemerintahan, kalangan usaha, pendidikan, pasyarakat, sehingga akan didapat effisiensi yang tinggi. Penerapannya di imigrasi Batam sudah berjalan dengan penggunaan SMART-CARD bagi tenaga kerja dan pengusaha asing yang masuk di Batam, tanpa menggunakan paspor untuk di cap stempel. Di Bea Cukai sedang dirintis untuk pemasukan barang-barang dari luar negeri supaya terdata, juga untuk barang-barang yang akan di export.


Nama :
Drs. Ismeth Abdullah, E.D.I. Fellow
Lahir :
Cirebon, 29-09- 1946
Agama :
Islam
Istri :
S. Aida N. Ismeth, S.E., M.M.
Anak :
Rahmatsyah Ramadani
Abdul Haris
Fatria Chairany
Ayah :
Abdullah Umar Bamasmus
Pangkat :
Pembina Utama Madya
Jabatan :
Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.

Pendidikan :
The Economic Development Institute of the World Bank, Washington, D.C. USA.

Pekerjaan :
:: Staf Peneliti LPEM-FEUI Jakarta (Tahun 1971- 1973);
:: Manager Proyek PT. PDFCI
:: Direktur Pemasaran Bank Bukopin (Juli 1985-Juli 1989)
:: Staf Ahli Komisaris Utama pada Bank Kesejahteraan Ekonomi Januari 1990- sekarang.
:: Pimpinan Harian/Chief Executive Dewan Penunjang Ekspor Oktober 1989- Juli 1998.
:: Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (Juli 1998 s.d. sekarang).

Tanda Kehormatan :
:: Bintang Jasa Utama (Keppres No.051/KT/Tahun 2003 Tanggal 12 Agustus 2003)
:: Satyalancana Pembangunan Tahun 2000.

Tanda Penghargaan:
:: Piagam Penghargaan Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah, dalam rangka mengembangkan usaha para eksportir kecil dan menengah di seluruh Indonesia (1997)

Jonathan L.Parapak

Kiprahnya dalam pengembangan teknologi informasi dan telekomunikasi di Indonesia, tak dapat dilupakan. Kebesaran PT Indosat tidak dapat dilepaskan dari sentuhan tangan dingin yang dilandasi ketajaman visi dan prediksinya ke depan. Ia, Jonathan Parapak, taruk yang bersemi dari Tana Toraja, pembelajar dan pelayan telematika Indonesia.

Sejak awal Jonathan Parapak menyadari bahwa kemajuan teknologi informasi tidak hanya mempermudah komunikasi serta mempercepat penyebaran informasi, melainkan juga memiliki nilai strategis secara ekonomis dan politis. Lancarnya komunikasi dan informasi yang tidak lagi dibatasi oleh faktor geografis, memiliki sumbangan besar dalam mempersatukan bangsa. Visi itulah yang telah memotivasi Parapak untuk bekerja tak kenal lelah mengembangkan dunia informasi dan telekomunikasi demi bangsanya.

Ia juga pernah menjadi bagian dari birokrasi melalui jalur yang khas. Ia menjadi Direktur Utama PT Indosat (BUMN) dan Sekjen Deppparpostel. Walau demikian, ia tidak larut dalam birokrasi BUMN dan pemerintahan, melainkan berusaha mengedepankan kultur baru yang berorientasi pada layanan terbaik kepada masyarakat. Selama menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan, ia berusaha menciptakan lingkungan kerja, kekaryaan dan pelayanan yang cepat, tidak birokratis dan transparan.

Nama:
Jonathan Limbong Parapak, M.Eng.Sc
Lahir :
Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1942
Agama :
Kristen Protestan
Isteri :
Anne B. Parapak
Anak :
Esther Parapak, Lise Parapak, Kathryn Parapak
Pendidikan:
1949- 955 SD di Rantopao
1955-1958 SMP di Rantepao
1958-961 SMA Negeri I (Teladan), Makasar (Ujung Pandang)
1962-1966 University of Tasmania, Australia (disamakan Sarjana Teknik)
1967-1968 Pasca Sarjana di Universitas Tasmania Tamat dengan gelar "Master of Engineering Science" (M.Eng.Sc).
1984 Lemhannas dengan mendapat 'Wibawa Seroja Nugraha (peserta dengan nilai tertinggi)
Pendidikan Khusus
Mei-Juni 1975 University of Syracuse New York (Diploma: Dynamic Management for International Executives).
Oktober 1978 ITT-Communications Group New York (Diploma: Marketing)
1981 Penataran Type A P-4 (Ranking 1)
1995 Penataran Manggala P4
1970-Sekarang : Mengikuti berbagai seminar manajemen telekomunikasi, komputer, informasi dan pariwisata.
Pengalaman Kerja
1966 : Telecoms Australia sebagai "Radio Installation Engineer"
1967-1968 : Research Laboratories-Telecoms Australia dalam kerja sama dengan University of Tasmania, Research untuk Master Degree
1968-1969 : Telecoms Australia sebagai Microwave System Design Engineer .
1969 1970 : IMC Engineer -PT.Indosat Jakarta
1971-972 : Station Engineer -PT. Indosat Jakarta 1973- 1975 : System Engineer -PT. Indosat Jakarta
1975-1977 : Manager Operations & Engineering PT. Indosat
1978-Jan. 1980 : Director Operation & Engineering PT. Indosat
1976-980 : Member ofthe Board ofDirectors PT. Indosat
1980-1991 : Direktur Utama PT. Indosat
1991-1999 : Komisaris Utama PT. Indosat
1991-1998 : Sekretaris Jenderal Departemen Parpostel
1998-1999 : Sekretaris Jenderal Departemen Parsenibud
1987-1991 : Komisaris Utama PT.Gratika Nusantara
1988-1991 : Komisaris PT. Lintas Arta
1985-1990 : Anggota Dewan Gubernur Intelsat mewakili ASEAN
1988-1989 : Vice Chairman Intelsat Board of Governors
1989- 990 : Chairman, Intelsat Board of Governors
1988-1992 : Chairman ITU World Plan for Asia and Oceania
1989-1991 : Member High Level Committee ITU (International Telecommunication Union)
1991-1999 : Pembina Koperasi Pegawai Dep. Parpostel
1991 : Ketua Panitia Konperensi negara-negara OKI di Bandung
1993- 1999 : Komisaris Utama PT. INTI-BPIS
1995- 1999 : Anggota Dewan Riset Nasional
1994-1996 : Ketua Tim Interdep dan Evaluasi KSO
1995-1998 : Ketua Tim Interdep dan Evaluasi PCN/PCS/PHS
1993 -Sekarang : Ketua Yayasan Pedidikan Teknik Indonesia
1995- Sekarang : Ketua Yayasan Penelitian dan Pengembangan Telekomunikasi dan Informasi
1996-1997 : Chairman First World Telecommuniactions Policy Forum-ITU, Geneva
1997-1999 : Anggota MPR.
2000-sekarang : Charman/Preskom beberapa perusahaan di lingkungan LIPPO-AcrossAsia Multimedia (Indonesia).
Pengabdian di UI dan Lemhanas
1970-1980 : Dosen Luar Biasa di Fakultas Teknik, Universitas Indonesia dalam mata kuliah Teknik Telekomunikasi dan Tugas Sarjana
1976-1979 : Ketua Departemen/Kabinet Elektronika/ Telekomunikasi, Anggota Senat Fakultas Teknik 1985 -19995 : Dosen Lemhannas (Anggota Kelompok Kerja Sismennas Lemhannas)
1996 -Sekarang : Ketua Dewan Penasehat Program S2 Telekomunikasi Universitas Indonesia
Pengabdian Lain
Pembina KORPRI Unit PT. Indosat 1981- 1991
Ketua KORPRI Dep. Parpostel/Parsenibud 1992- 199
Ketua Umum Ikatan alumni Australia 1988 -1992 dan Ketua dewan
pembina 1992 -sekarang
KetuaBidang Pengembangan Ikatan Alumni Lemhannas 1985- 1991
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia 1986- 1991
Ketua Departemen Data dan Informatika Pengurus Pusat KADIN 1989-1991
Anggota Dewan Pertimbangan KADIN 1989-1991
Pembina Yayasan Kebudayaan dan Pengembangan Pariwisata Toraja dan Yayasan Pendidikan Tongkonan
Wakil Ketua Umum-Seminar Ikatan Alumni Lemhannas (IKAL) 1987 tentang Sistem Ekonomi Nasional Indonesia
Ketua Umum Seminar IKAL 1988 tentang Sistem Politik Demokrasi Pancasila
Ketua Umum Seminar IKAL tentang Sistem Sosial Budaya Indonesia yang mendukung Strategi Jangka Panjang Tahap II 1989
Ketua Umum Seminar IKAL 1990 tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan N asional dalam Pembangunan N asional
Ketua Umum Seminar IKAL tentang Pembinaan Sumber Daya Nasional untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional dalam Era Kebangkitan Nasional II
Anggota kelompok kerja/Pengkajian Sistem Manajemen Nasional Lemhannas.
Ketua II Ikatan Profesi Komputer dan Informatika (IPKIN) 1989-1991
Sekretaris Tim Pengembangan dan Pendayagunaan Sistem Informasi Nasional (TP2SIMNAS)
Wakil Ketua TP2 Simnnas mulai 1989-1992
Ketua Yayasan Pendidikan Teknik Indonesia 1994- sekarang
Penghargaan
Terpilih oleh ITT Quality Council (calon-calon dari seluruh dunia) untuk menerima Ring of Quality 1976 sebagai penghargaan �Prestasi yang sungat menonjol�
Setya Lencana Pengabdian Indosat 20 tahun,1989
Dianugerahi Setya Lencana Pembangunan oleh Negara RI pada tahun 1985
Satya Lencana Dwidya Sistha-Lemhannas 1990
Dianugerahi Bintang Jasa Utama 17 Agsutus 1992
Penghargaan Pembina Koperasi 1996.
Karya Tulis:
(1) Berbagai makalah di bidang elektronika telekomunikasi dan informatika yang diterbitkan/disampaikan pada pertemuan di dalam dan di luar negeri.
2) Thesis Master di University ofTasmania.
3) Karya tulis di Lemhannas �Sistem Informasi manajemen Nasional� yang
kini mulai diangkat ditingkat nasional misalnya TP2SIMNAS.
4) Berbagai makalah di bidang Manajemen, Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi yang diseminarkan dan diterbitkan di dalam dan luar negeri.

JB Kristiadi, Ph.D.

Pakar Telematika Beneran

Namanya JB Kristiadi, bukan J Kristiadi. Doktor lulusan Sorbonne University, Prancis (1979), ini menjabat Sekretaris Menkominfo dan pernah menjabat Ketua Lembaga Administrasi Negara RI (1990-1998). Sedangkan J Kristiadi adalah pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies. Pakar telematika ini bercanda mengaku sebagai Kristiadi beneran.


Sekretaris Menteri Komunikasi dan Informasi ini mengatakan Teknologi Informasi (TI) sebaiknya ditempatkan menjadi penggerak utama mekanisme pembangunan seluruh sektor ekonomi nasional. Menurut pakar telematika ini sebagai salah satu teknologi unggulan yang menentukan masa kini dan masa depan umat manusia, semakin penting untuk dikuasai pemahamam, pengetahuan, pemanfaatannya, serta penciptaannya.

Kaitannya yang erat dengan berbagai sektor ekonomi, terutama sektor tersier dan kwarter, menempatkan TI sebagai komoditi strategi dalam pembangunan nasional. Malahan ada negara yang meluncurkan konsep pembangunan nasionalnya yang bercirikan IT-led development, dimana TI bukan hanya sebagai perangkat pendukung tetapi telah meningkat menjadi penggerak utama mekanisme pembangunan seluruh sektor ekonomi nasional.

Ingin Jadi Pilot
Dia anak keenam dari sembilan bersaudara. Lahir di Jawa Tengah, 4 Mei 1946 dari keluarga 'gedongan'. Ayahnya, B.S. Pudjosukanto, guru di sekolah Belanda di Solo dan pindah ke Jakarta, saat Kristiadi berusia tiga tahun.

Pada saat masuk SD di Blok Q, Jakarta, anak pendiam dan pemalu ini, hanya sendirian yang memakai sepatu. Jadinya, dia malu memakai sepatu di sekolah. Dari rumah dia memakai sepatu, tetapi sesampai di sekolah, sepatu itu dilepasnya. Namun, walau pemalu, dia suka menjahili teman sekolahnya, seperti menyembunyikan tas temannya.

Sebagai seorang guru sekolah Belanda, ayahnya mendidiknya dengan cara Belanda. Harus berdisiplin, mulai dari bangun tidur, kumpul di meja makan, sewaktu makan tidak boleh bicara, belajar dan sampai tidur kembali.

Namun, mengenai pilihan sekolah, ayahnya memberi kebebasan. Pada saat kecil dia bercita-cita jadi pilot. Tapi beranjak remaja, dia suka merakit radio dan bongkar-bongkar mesin. Cita-citanya pun berubah, ingin jadi insinyur elektro.

Suatu ketika, dia membongkar mesin jahit ibunya, tapi kemudian ia tak bisa memasangnya lagi. Tentu saja ibunya sangat kesal.

Pada saat duduk di SMA 9 Sore, Jakarta, dia sangat suka pada ilmu eksakta. Sampai-sampai dia sempat satu tahun bersekolah rangkap pagi di SMA jurusan ilmu alam, sore di SMA jurusan sosial-budaya.

Selepas SMA, Kris masuk Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang FISIP) Universitas Indonesia. Semasa mahasiswa, dia ikut demonstrasi menentang Orde Lama (1966). Dia ikut menggotong Arief Rahman Hakim yang ketika itu tertembak sampai tewas.

Tapi kegiatannya sebagai aktivis mahasiswa itu, tak sampai membuat kuliahnya terganggu. Bahkan, semasih menyusun skripsi, ia sudah diterima bekerja Departemen Keuangan. Dia lulus S1 dari Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan, Universitas Indonesia tahun 1971.

Kemudian pria yang hobi bermain musik, ini meraih doktor (S3) di Sorbonne University, Prancis, llulus tahun 1979 dengan summa cum-laude. Namun, pakar telematika ini mengaku seorang generalis.

Saat mengumpulkan data untuk disertasinya tentang negara berkembang, dia pulang ke Tanah Air selama tiga bulan. Kesempatan itu, digunakannya untuk menikah dengan Fiona (1976), yang kemudian memberinya empat anak (Gerald Admiraldi, Raymod Laksmanadi, Edgar Kharismaraldi dan Eldi Marshaldi). Ibarat kata pepatah, sambil berenang minum air. Sambil cari data, mereguk nikmatnya perkawinan.

Dia menjabat Direktur Pembinaan Kekayaan Negara Departemen Keuangan (1980-1987). Kemudian menjabat Direktur Anggaran Departemen Keuangan (1987-1990). Tahun 1990 dia meninggalkan Depkeu, karena dipercaya menjabat Ketua Lembaga Administrasi Negara RI sampai tahun1998.

Sebelum menjabat Sekretaris Menteri Komunikasi dan Informasi, dia sempat menjabat Asisten Menteri Wasbangpan (1998-2000) dan Deputi Menpan (2000-2002).


Tidak Ada Pilihan

Sebagai suatu negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, Indonesia secara langsung maupun tak langsung akan terbias oleh pengaruh penguasaan dan pemanfaatan TI, dan IT-led development yang berlangsung di negara lainnya.

Tak ada pilihan lagi bagi kita kecuali untuk ikut dalam kancah penguasaan dan pemanfaatan TI ini. Kita hatus membangun kemampuan untuk memanfaatkan TI yang bisa memberikan tambahan nilai dari setiap kegiatan pembangunan, pelaksanaan kegiatan berproduksi, dan penyelenggaraan pelayanan.

Selanjutnya sisi pemanfaatan ini akan mendorong tumbuhnya keperluan dan kemampuan untuk mengembangkan penguasaan TI. Jadi kita menerapkan pendekatan application-driven IT development yang bersifat deduktif sebelum kita mengembangkan TI secara induktif.


Bertolak dari sisi pemanfaatan TI, selain dimaksudkan untuk memacu tumbuhnya penguasaan TI, sasaran utamanya adalam pemanfaatan yang berdayaguna, berhasilguna, ekonomis, berkualitas, serta bertanggungjawab. Sasaran ini hanya dapat tercapai jika terjalin hubungan yang serasi di antara pelaku-pelaku yang terkait kerjasama yang terkoordinasi.


Koordinasi Pemanfaatan TI
Dalam makalahnya pada Seminar Puncak PPI 95, JB Kristiadi mengatakan secara umum koordinasi pemanfaatan TI bergerak antara dua kutub yang ekstrim, yakni koordinasi melalui kelembagaan yang kuat dan koordinasi tanpa kelembagaan sama sekali.

Pendekatan yang diambil tak selalu mencerminkan tingkat kemajuan suatu negara, walaupun ada kecenderungan bahwa negara mju lebih mengandalkan koordinasi tanpa kelembagaan dan negara berkembang perlu melakukannya melalui mekanisme kelembagaan.


Koordinaasi dalam arti kata yang lluas mencakup ketiga pelaku dalam bidang TI, yakni pengatur (regulator), penyedia sumber daya (resources providers), dan pemanfaat (users). Dalam lingkup yang sempit, koordinasi hanya berkenaan dengan pemanfaat saja, dan untuk administrasi negara mungkin lebih sempit lagi yakni yang berkenaan dengan pemanfaat instansi Pemerintah saja.

Koordinasi dengan kelembagaaan umumnya merupakan pelembagaan dari regulator yang yang menciptakan berbagai aturan dan ketentuan yang berkenaan dengan penyelenggaraan pemanfaatan serta partisipasi providers. Sedangkan koordinasi tanpa kelembagaan formal lebih dikaitkan dengan eksistensi asosiasi, ikatan, himpunan dan paguyupan profesi atau usaha.


Untuk dapat membedakan tingkat keterkaitan lembaga terhadap koordinasi pemanfaatan TI kita bisa melihat sikon di Singapura, Perancis, dan Canada sebagai contoh. Singapura dengan NCB (National Computer Board), merupakan contoh koordinasi dengan kelembagaan yang sangat top-down. Walaupun koordinasi memadukan sisi penguasaan dan pemanfaatan TI, khusus untuk pemanfaatan TI pada instansi Pemerintah & Co, NCB menjalankan praktek BOT atau malahan BOO yang sangat ketat.

Semua rencana pemanfaatan TI pada instansi Pemerintah disusun NCB (bersama instansi terkait). Semua dana yang berkenaan dengan pembangunan dan penyelenggaraan pemanfaatan TI dipusatkan pada pos anggaran NCB.

Staff NCB yang membangun sumber daya TI yang diperlukan, dan staff NCB pula yang menyelenggarakan operasi sampai dengan waktu tertentu. Kemudian staff NCB dapat melimpahkan ke staff instansi pemanfaat atau staff NCB pula yang menyelenggarakan operasi sampai dengan waktu tertentu. Kemudian staff NCB dapat melimpahkan ke staff instansi pemanfaat atau staff NCB dialihtugaskan kesana.

Jadi NCB berperan mulai dari perencanaan, pembangunan, dan pengoperasian pemanfaatan TI. Pendekatan ini selain mengoptimumkan dana investasi sekaligus menciptakan terbinanya koordinasi yang kokoh, serta tercptanya standardisasi dalam berbagai aspek teknis pemanfaatan. Kalaupun dapat dikatakan sebagai hal yang negatif, instansi Pemerintah sebagai pemanfaat terlihat kehilangan inisiatif, ketergantungan yang tinggi atas NCB, serta tak ada kendali terhadap providers.


Perancis dengan CIIBA-nya meletakkan fungsi koordinasi ini dari sisi alokasi anggaran bagi instansi Pemerintah. Semua anggaran yang berkenaan dengan pembangunan dan pengoperasian TI harus mendapat persetujuan dari CIIBA terlebih dahulu. Tetapi jika alokasi dana ini sudah disetujui maka setiap instansi dapat melaksanakannya sendiri-sendiri tanpa campur tangan CIIBA, baik untuk pembangunan sumber daya TI maupun untuk pengoperasiannya. Tent saja CIIBA tetap akan memantau 3-E pelaksanaan, yang nantinya akan menjadi kriteria dan masukan bagi penganggaran tahun selanjutnya.


Sedangkan Canada dapat dikatakan menerapkan koordinasi ini melalui upaya yang terletak di antara kedua contoh sebelumnya. Penetapan alokasi anggaran dilakukan secara terpusat melalui Chief Information Officer dari Information Management & Techonology di lingkungan Treasury Board, sedangkan pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan operasi sedapatnya dilakukan oleh BUMN Canada khusus di bidang TI yakni GTIS. Jadi di Canada aspekan anggaran memang terpusat tetapi pelaksanaan masih ada kebebasan instansi untuk menyelenggarakan sendiri,walaupun lebih didukung ke arah outsourcing oleh GTIS. Sekedar tambahan, GTIS ini merupakan penyedia jasa telekomunikasi juga selain jasa informatika.


Walaupun pendekatan serta lingkup koordinasinya berbeda, namun satu hal yang pasti dari ketiga contoh tadi adalah status kelembagaannya yang bersifat struktural dan diletakkan pada jajaran yang tinggi secara nasional. Jika NCB resminya di bawah Menteri Keuangan, CIIBA pimpinannya adalah Perdana Menteri, maka CIO-IMT berada di lingkungan Treasury Board atau semacam Presidium Kabinet bidang EKUIN-nya Canada.


Koordinasi TI di Indonesia
Banyak pihak yang merasa tak sabar melihat lemahnya koordinasi TI di Indonesia ini dan menginginkan peran kelembagaan yang lebih menggigit.

Memang telah dilakukan pembicaraan dan pendekatan mengenai kemungkinan pelembagaan badan koordinasi yanglebih berbobot hak dan tanggung jawabnya, serta alokasi dana operasinya. Malahan ada pihak yangmenyerukan adopsi cara NCB di sini, walaupun mungkin kurang paham atau sadar tentang konsekuensinya.

Penting gk softskill??

Di kampus amOn ada mata pelajaran namanaya Softskill..bisa di bilang ini matakuliah baru, soalnya baru berjalan di ajaran tahun ini. Pertemuanya cuma sebulan sekali. Tiap kelas dari kelas 1 sampe kelas akhir pasti ada matakuliah ini.
tapi tiap kelas isi materinya beda2, Nah kalau di kelas amon tentang telematika, Jadi setiap mahasiswa harus punya blog dan isi blog kita tentang telematika gitu..
MAta kuliah ini penting juga sih dan bisa di bilang bagus banget buat mahasiswa khusunya amon karena akhinya punya blog juga..yippi...!!terus selain itu juga bisa nambah wawasan kita sendiri..
tetap lanjutkan SoftSKILL..yeahhhhh...

;;